Ke’ Lesap
Ke’ Lesap nama aslinya Lesap. Lesap putra dari Raja Bangkalan. Ibunya dari desa Pocong, di Selatan desa Nyeor Ondung, Bangkalan. Ibu Lesap merupakan raji ampeyan, bukan raji padmi.
Setelah dewasa, Lesap bertanya kepada ibunya siapa ayahnya. Ibunya sangat sedih. Apalagi setelah ibunya memberitahu siapa ayahnya yang sebenarnya. Lesap bersedih, karena sampai Lesap dewasa, ayahnya tidak pernah sekalipun mengunjunginya. Bila ingat tentang ayahnya, Lesap diam dan membisu. Ibunya menghibur Lesap supaya selalu bersabar. Kemudian Lesap oleh ibunya disuruh mengabdi ke Kraton tempat ayahnya berada.
Setibanya di Kraton, raja menjadikan Lesap pengasuh kuda. Beberapa waktu kemudian, diangkat menjadi abdi dhalem, dan Lesap tinggal di desa Jhuno’. Di tempat itu Lesap kemudian mengajar ngaji (membaca Al-Qur’an). Lama-kelamaan, santri Lesap pun bertambah banyak.
Pada waktu itu Bangkalan dijajah Kompeni Belanda. Dalam arti, Bangkalan diperintah oleh Kompeni. Raja tidak berani menolak kemauan kompeni. Jadi Lesap pun marah. Ditambah lagi keadaan rakyat bertambah sengsara. Raja sudah tidak memikirkan nasib rakyat. Para pejabat kraton kerjanya hanya bersenang-senang, berfoya-foya, dan mabuk-mabukan. Pada suatu malam Lesap menghilang dari Bangkalan. Hilangnya Lesap tidak satu pun yang tahu. Kraton pun gempar. Seluruh prajurit diperintahkan untuk mencari lesap. Namun Lesap tidak ditemukan juga.
Sebenarnya Lesap menuju Gunung Geger untuk bertapa di sana. Setelah bertapa, Lesap mengumpulkan bala tentara untuk dijadikan Laskar atau prajurit untuk melawan kompeni.
Setelah Laskar Geger sudah cukup ilmu perangnya, kemudian Lesap menuju Gunung Pajuddan. Dimana Gunung Pajuddan tersebut berada di Barat Daya Kecamatan Lu’-gulu’ Sumenep. Di tempat itu, Lesap bertapa lagi. Lesap mohon kepada Yang Kuasa supaya diberi kesaktian dan kekuatan untuk menghadapi dan melawan kompeni.
Di Pajuddan, banyak juga Laskar atau prajurit Lesap. Maka Laskar-laskar tersebut dikumpulkan ke Sumenep, Pamekasan, dan Sampang. Di tiga kota tersebut, Belanda tidak dapat menendingi bala tentara Lesap. Semuanya sama-sama bertekuk lutut.
Dari hasil bertapanya tersebut, Lesap mendapatkan senjata yang bisa terbang sendiri. Namanya Calo’ Kodik atau orang-orang menyebutnya juga Kodik Crangcang.
Setelah tahu bahwa Lesap memiliki senjata Crangcang, kemudian untuk mengadakan yang mengundang penari wanita yang bahasa Maduranya Tanda’ Bine’ guna memperdaya Lesap. Lesap pun datang dan ia tidak merasa bila semua itu merupakan suatu jebakan untuk membunuhnya. Kemudian Lesap maju mendekati penari tersebut. Saat Lesap dan laskarnya asyik menari, mereka digempur oelh kompeni Belanda. Laskar Lesap tewas semua termasuk lesap.
0 comments :
Post a Comment